Bimbingan di Rumah: Pelajaran Ekstra dari Guru Cantik

Posted on

Bimbingan di Rumah: Pelajaran Ekstra dari Guru Cantik

Dessi adalah sosok guru yang paling cantik dan paling terkenal dengan kes*ksiannya ketika mengajar. Setiap murid-muridnya pasti akan terpana memandang kecantikan dan kes*ksian ibu gurunya yang satu itu. umurnya masih muda 28 tahunan, dengan rambut panjang, tubuh langsing, dan buah d*d* yang menonjol besar 36B dan bongk*han kedua pant*tnya yang naik turun secara beraturan ketika berjalan selalu menghiasi hari-hari murid laki-lakinya. Bahkan tak jarang Dessi genit menggoda murid yang memang disukainya, seperti yang satu ini.

Agung adalah murid yang paling menjadi pusat perhatian cewek-cewek disekolahan, karena tubuhnya yang tinggi kekar dan penampilannya yang keren dan stay cooll membuat para teman-teman wanitanya banyak yang menyukainya. Namun tanpa diduga ibu gurunya yang terkenal cantik dan s*ksi itu juga menaruk rasa suka kepadanya.

Hingga akhirnya muncullah pikiran kotor Dessi untuk megundang Agung kerumahnya agar Dessi bisa menggodanya secara leluasa tanpa diketahui murid-murid yang lainya. Saat pelajaran Agung yang memang terkenal kurang cerdas sengaja diberikan soal yang sangat sulit oleh Dessi agar supaya Dessi bisa mencari alasan untuk menyuruh Agung kerumahnya.

Setelah 2 jam semua murid mengerjakan soal hanya Agung yang paling mendapatkan nilai yang paling jelek. Sesuai dengan rencana, Dessi kemudian memanggil Agung sendirian setelah para murid-murid keluar.
“Agung nilai kamu dikelas paling jelek, kamu nanti siang harus kerumah ibu untuk mendapatkan pelajaran kusus dari ibu”.

“Iyha Bu, sulit banget soal yang ibu berikan tadi” jawab Agung.
“Nanti ibu tunggu kamu dirumah, kalau gak datang kerumah ibu, ibu akan memberikan nilai jelek padamu Agung” ucap Dessi.
“Iyha Bu, Agung pasti datang kerumah bu Dessi”jawab Agung.

Tepat seperti janji Agung, siang itu Agung menepati janjianya untuk datang kerumah Dessi. Setelah diketok pintu bu gurunya itu, dibukalah dan Agung bengong melihat apa yang dilihatnya, Karena siang itu bu gurunya menggunakan pakaian yang sangat s*ksi dan super mini, sehingga membuat Agung melotot melihat tubuh bu gurunya itu.

“Heey, kamu bengong ngelihatin apa Agung” ujar Dessi.
“Eeenngg…Engggak papa kok bu” jawab Agung dengan tergagap.
“Ayoo masuk” ajak Dessi.

Kemudian Dessi mengajak Agung kesebuah ruangan. Dan memberikan Agung selembar kertas berupa soal-soal dan menyuruh Agung untuk mengerjakannya lalu meninggalkannya pergi keruang tengah.
Sudah selesai Agung?”, Dessi masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Agung selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.

”Hampir bu””Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..
””Iya..”
”Bu Dessi, Saya sudah selesai”, Agung masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.
”Ibu dimana?”

”Ada di kamar.., Agung sebentar ya”,
Dessi berusaha membetulkan t-sh*rtnya. Ia sengaja mencopot **-nya untuk merangs*ng muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk pay*daranya terlihat jelas, terlebih lagi put*ng sus*nya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Agung nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Dessi membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.
”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..

”Muka Agung merah karena malu, karena Dessi tersenyum saat pandangannya terarah ke buah d*d*nya.
”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
”Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”

”oo…, begitu to?””Agung kamu mau menolong saya?”, Dessi merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
”Apa Ibu?”, tubuh Agung bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Dessi yang satu mengusap-uasap daerah ‘v*tal’ nya.

”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
”Tapi tapi…, Saya”.
”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.
Muka Agung langsung saja merah mendengar perkataan Dessi

”Iya”
”Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Dessi kemudian duduk di pangkuan Agung. Bib*r keduanya kemudian saling berp*gutan, Dessi yang agr*sif karena haus akan kehangatan dan Agung yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke d*d*nya.

Ia bisa merasakan put*ng sus* Dessi yang mengeras. L*dah Dessi menjelajahi mulut Agung, mencari l*dahnya untuk kemudian saling berp*gutan bagai ular. Setelah puas, Dessi kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai.

Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
”Lepaskan pakaiannmu Agung”, Dessi berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
”Ahh cepat Agung”, Dessi mendes*h tidak sabar.

Agung kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang s*ks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.
”Agung…, letakkan tanganmu di d*d* Ibu”,Dengan gemetar Agung meletakkan tangannya di d*d* Dessi yang turun naik.

Tangannya kemudian dibimbing untuk mer*mas-r*mas pay*dara Dessi yang montok itu.
”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, r*mas pelan-pelan, rasakan put*ngnya menegang..”
Dengan semangat Agung melakukan apa yang gurunya katakan.

”Ibu…, Boleh saya h*sap sus* Ibu?”.
Dessi tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,
“Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.

Tubuh Dessi men*gang ketika merasakan jil*tan dan h*sapan mulut pemuda itu di sus*nya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
”Oohh…, jil*t terus sayang…, ohh”, Tangan Dessi mendekap erat kepala Agung ke pay*daranya.

Agung semakin buas menjil*ti put*ng sus* gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. H*sapan Agung makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia g*git-g*git ringan put*ng gurunya tersebut.
”mm…, nakal kamu”, Dessi tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.

”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah p*sar Ibu”.
Agung menurut saja. Duduk diantara kaki Dessi yang membuka lebar. Dessi kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.

”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Agung memasuki v*gin*nya.
”Hangat Bu..
”Bisa kamu rasakan ada semacam pent*l…?”
”Iya..”

”Itu yang dinamakan kelent*t, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”
Pelan-pelan jari Agung mengusap-usap cl*toris yang mulai menyembul itu.
”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Dessi mengerinjal-gerinjal keenakan ketika cl*torisnya digosok-gosok oleh Agung.

”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Agung tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
”Oohh…, Agung…, mm”, tubuh Dessi telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya mer*ntih-r*ntih keenakan.

Tangan Agung semakin berani mempermainkan cl*toris gurunya yang makin bergelora dirangs*ng b*rahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
”Ooaahh…, Aguuung”, Tangan Dessi mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kew*nit*annya menegang.

Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.
”Hmm…, kamu lihai Agung…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.
Agung menurut saja. Pen*snya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.

”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Dessi segera mengusap-usap pen*s yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Dessi. Ia segera menjil*ti pen*s muridnya itu dengan penuh semangat.

Kepala pen*s muridnya itu dih*sapnya keras-keras, sehingga Agung mer*ntih keenakan.
”Ahh…, enakk…,enakk”, Agung tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan pen*snya makin ke dalam k*luman Dessi.

Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya h*sapan Dessi. ”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan m*ni Agung di dalam mulut Dessi, yang segera menjil*ti cairan itu hingga tuntas.
”Hmm…, m*nis rasanya Agung”, Dessi masih tetap menjil*ti pen*s muridnya yang masih tegak.

”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Dessi sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.
”Agung…, biar Ibu minum dulu”.
”Tidak…, nikmati saja ini”, Agung yang masih teg*ng berat mendorong Dessi ke kulkas.

Gelas yang dipegang Dessi jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Dessi kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.
”Ibu…, sekarang!”
”Ahhkk”, Dessi berteriak, saat Agung menyodokkan pen*snya dengan keras ke l*ang v*gin*nya dari belakang.

Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi l*ar.
”Agung…, enakk…, ohh…, ohh”.
Tubuh Dessi bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Agung satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain mer*mas pay*daranya.

Dan pen*snya yang keras mel*mat l*ang v*gin*nya.
”Ibu menikmati ini khan”, bisik Agung di telinganya,
”Ahh…, hh”, Dessi hanya mer*ntih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.

”Jawab…, Ibu”, dengan keras Agung mengulangi sodokannya.
”Ahh…,iyaa””Agung…, Agung jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Dessi telah merasakan cairan hangat di l*ang v*gin*nya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.

”Uuhgghh”, pen*s Agung yang berlepotan m*ni itupun amblas lagi ke dalam l*ang Dessi.”Ahh”. Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan. Setelah kejadian dengan Agung, Dessi masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Dessi adalah jika Agung kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.